Perkembangan internet di Indonesia saat ini telah mencapai 54,67% atau 143,26 juta pengguna aktif di tahun 2018 dengan pengguna layanan mobile mencapai 177,9 Juta dengan 87,13-89,35% aktif mengakses media social dan aplikasi chatting. Disaat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang massif ini membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatnya radikalisme digital, jejaring teroris daring, berita palsu, penipuan, ujaran kebencian dan cyberbullying. Pesatnya pertumbuhan alat-alat teknologi informasi dan komunikasi semacam smartphone dan medsos yang tidak diimbangi dengan literasi digital penggunanya, mengakibatkan begitu banyak informasi hoax menjamur. Berita-berita hoax yang menyesatkan beredar lewat berbagai jalur digial, termasuk situs media online, blog, website, sosial media, email, dan aplikasi pesan instan.
Saat ini, salah satu ancaman terbesar adalah penyebaran konten negatif (konten berbau hoax, ujaran kebencian atau hate speech, bullying, radikalisme, sampai pada beraneka ragam praktik penipuan) melalui media digital maupun manual. Hal tersebut terjadi disebabkan rendahnya pemahaman untuk menerima dan menyebarkan informasi secara efektif dan tepat guna. Hal tersebut bisa dilawan dengan membangun budaya literasi digital di masyarakat. Melalui langkah ini, dunia digital bisa menjadi sesuatu yang bernilai dan berdampak positif bagi masyarakat. Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, jadi korban informasi hoax atau penipuan yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif.
Festival Literasi Digital merupakan kegiatan yang melibatkan semua stakeholder (Akademisi, Bisnis, Komunitas dan Pemerintah) dalam meningkatkan Literasi Digital bagi masyarakat khususnya “Mileneal. Konsep acara Festival Literasi Digital diisi dengan kelas – kelas workshop, seminar nasional dan pameran terkait literasi digital.